LETAK DAN POSISI Kabupaten Bondowoso
adalah sebuah salah satu kabupaten dalam lingkup Propinsi Jawa Timur
yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan
daerah tapal kuda. Ibukotanya adalah Bondowoso. Kabupaten Bondowoso
memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada
koordinat antara 113°48′10″ - 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ - 7°56′41″
LS. Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar
15,40 0C – 25,10 0C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara
dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah
timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro,
Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di
sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung
Bendusa. Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang
strategis. Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak
dilalui jalan negara yang menghubungkan antar propinsi. Bondowoso juga
tidak memiliki lautan. Ini yang menyebabkan Bondowoso sulit
berkembang dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Secara
geografis, Kabupaten Bondowoso mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah utara : Kabupaten Situbondo,
- Sebelah timur : Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi,
- Sebelah selatan : Kabupaten Jember,
- Sebelah barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo.
Sejarah
Pembagian administratif
ADMINISTRASI Wilayah administrasi Kabupaten Bondowoso tahun 2008 terbagi atas 23 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 209 desa.
Karakter Fisik dan Wilayah
Kondisi
dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas pegunungan dan perbukitan
seluas 44,4 %, 24,9 % berupa dataran tinggi dan dataran rendah 30,7 %
dari luas wilayah keseluruhan. Kabupaten Bondowoso berada pada
ketinggian antara 78-2.300 meter dpl, dengan rincian 3,27% berada pada
ketinggian di bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada ketinggian antara
100 – 500 m dpl, 19,75% pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl dan
27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Menurut klasifikasi
topografis wilayah, kelerengan Kabupaten Bondowoso bervariasi. Datar
dengan kemiringan 0-2 % seluas 190,83 km2, landai (3-15%) seluas 568,17
km2, agak curam (16-40%) seluas 304,70 km2 dan sangat curam di atas
40% seluas 496,40 km2. Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten
Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter
21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%,
alluvium 8,5% dan miasem jasies sedimen 1,5%. Untuk jenis tanahnya
96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu dan
lempung liat berpasir; dan 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir
dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis
tanah dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki
karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam,
khususnya banjir dan longsor. 1. Rawan Banjir Permasalahan lingkungan
dan sosial yang menonjol adalah kerusakan hutan atau luasnya lahan
kritis. Berbagai kegiatan masyarakat (dengan kualitas SDM terbatas)
dalam memanfaatkan lahan (kehutanan, pertanian dan permukiman)
berpengaruh besar pada kerusakan DAS Sampean. Kawasan hutan di
Kabupaten Bondowoso berada dalam pengelolaan KPH Bondowoso dengan
perincian: hutan lindung 46.784,2 ha; hutan produksi 45.218 ha; dan
LDTI 366,32 Ha. Kawasan lindung yang diolah dan ditempati masyarakat
mencapai 23,0%. Sebaliknya terdapat pula hutan produksi yang berada di
atas tanah milik masyarakat. Hutan lindung dan hutan produksi yang ada
relatif rawan terhadap penjarahan oleh masyarakat. Hal ini karena
adanya tekanan penduduk yang besar yang sebagian besar bekerja di
sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang rendah, serta sistem
kelembagaan yang kurang berjalan efektif. Sehingga masyarakat kurang
peduli terhadap kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan sebagai lahan
mata pencaharian. Kerusakan lahan yang terjadi di Kabupaten Bondowoso
(lahan kritis yang ada) mencapai luas 40.758 Ha, dengan rincian sangat
kritis seluas 4.175 Ha, kritis seluas 10.420 Ha, agak kritis seluas
11.417 Ha, dan potensial kritis seluas 9.746 Ha yang pada umumnya
adalah lahan masyarakat. Sedangkan lahan perhutani yang kritis mencapai
5.000 Ha. Adanya lahan kritis tersebut cenderung meningkatkan erosi,
yang berakibat pada meningkatnya sedimentasi sungai, menurunkan daya
tampung sungai, melampaui kapasitas sarana prasarana irigasi yang ada,
sehinga timbul kawasan-kawasan rawan luapan air atau kawasan rawan
banjir. Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten
Bondowoso, khususnya kawasan-kawasan yang berada di sepanjang aliran
Sungai Sampean dan Sungai Tlogo, di antaranya Kecamatan Grujugan,
Bondowoso, Tenggarang, Wonosari, Klabang, Tapen, Prajekan,
Sumberwringin, Pakem, Tegalampel, dan Tlogosari (Peta terlampir).
Setiap tahun terjadi bencana banjir (terbesar tahun 2002) yang melanda
wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo (daerah bawah DAS Sampean).
Dampak seringnya terjadi banjir adalah meningkatnya kerusakan jaringan
irigasi, kerusakan prasarana jalan, kerusakan instalasi air bersih
dan rusaknya prasarana permukiman dan prasarana umum. Khusus prasarana
irigasi, kerusakan jaringan apabila tidak tertangani segera akan
menurunkan debit air irigasi dan pada akhirnya terjadi kekeringan lahan
pertanian di musim kemarau. 2. Rawan Tanah Longsor Berdasarkan
tingkat kemiringannya, wilayah Kabupaten Bondowoso terdiri dari:
kemiringan 0-2% seluas 19.083 ha (12,23%), kemiringan 3-15% seluas
56.816,9 ha (36,42%), kemiringan 16-40% seluas 30.470,3 ha (19,53%) dan
kemiringan di atas 40% seluas 49.639,8 ha (31,82%). Sedangkan
kedalaman efektif tanah bervariasi antara 30 cm - 90 cm, dengan
komposisi: 57,4% memiliki kedalamam efektif di atas 90 cm, 15,6%
memiliki kedalaman efektif antara 60 cm - 90 cm, 14,7% memiliki
kedalaman efektif antara 30 cm - 60 cm, dan 12,3% memiliki kedalaman
efektif di bawah 30 cm. Ketinggian dan kedalaman efektif tanah yang
bervariasi ini berpengaruh terhadap jenis, pertumbuhan dan kerapatan
vegetasi. Berdasarkan Peta Geologi Jawa dan Madura, di Kabupaten
Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter
21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%,
alluvium 8,5%, dan miasem, jasies sedimen 1,5%. Sedangkan tanah di
Kabupaten Bondowoso 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung,
lempung berdebu, dan lempung liat berpasir, 3,1% bertekstur kasar yang
meliputi pasir dan pasir berlempung, dan tidak ada yang bertekstur
halus. Tingkat kemiringan dan tekstur tanah yang bervariasi ini
menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi/longsor dan rendahnya
jumlah cadangan air. Tanah yang mudah erosi/longsor seluas 40.796,62
ha (26,15%) dapat dijumpai di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten
Bondowoso, khususnya di wilayah Kecamatan Sempol, Sumberwringin,
Tlogosari, Wringin, Tegalampel, Klabang, Pakem, Binakal, Curahdami,
Grujugan dan Maesan (Peta terlampir). Kerawanan terhadap bencana
longsor disebabkan juga oleh makin luasnya lahan kritis. Pada umumnya
bencana banjir disertai oleh bencana longsor. Longsor terjadi setiap
tahun pada kawasan-kawasan perbukitan dan lereng pegunungan yang
seringkali melanda permukiman perdesaan, merusak prasarana irigasi, air
bersih, jalan dan jembatan serta lahan-lahan pertanian masyarakat. 3.
Kerawanan Terhadap Bencana Lainnya Selain bencana banjir dan longsor
Wilayah Kabupaten Bondowoso juga rawan terhadap beberapa bencana
lainnya yaitu gempa bumi, bahaya gunung berapi dan angin puyuh. a.
Gempa Bumi Adanya aktivitas Gunung berapi (Gunung Ijen dan Gunung
Raung) di sisi timur Kabupaten Bondowoso, mengakibatkan daerah
sekitarnya rawan terhadap bencana Gempa Bumi yaitu mencakup 9,74% luas
wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan
Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung). b. Bahaya Gunung
Berapi Demikian halnya dengan kerawanan terhadap bencana gunung
berapi, kondisinya sama dengan kerawanan terhadap bencana gempa bumi.
Daerah rawan bencana Gunung Berapi mencakup 9,74% luas wilayah
Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari
(berada di lereng Gunung Ijen dan Raung). c. Angin Puyuh Karakteristik
daerah yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan menyebabkan sering
terjadinya angin puyuh di wilayah Bondowoso sehingga sebagian besar
wilayah (50,76%) rawan angin puyuh yaitu meliputi wilayah Kecamatan
Cermee, Wonosari, Prajekan, Wringin, Pakem, Curahdami, dan Grujugan.
Kependudukan
Jumlah
penduduk Kabupaten Bondowoso tahun 2007 sebesar 735.894 jiwa, yang
terdiri dari 361.380 jiwa penduduk laki-laki dan 374.514 jiwa penduduk
perempuan yang tersebar di 23 kecamatan. Ini mengalami kenaikan dari
tahun 2006 sebesar 10.323 jiwa atau sebesar 1,42 %. Jumlah penduduk
terbanyak di Kecamatan Bondowoso sebesar 72.714 jiwa dan terendah di
Kecamatan Sempol 8.103 jiwa. Angka kepadatan penduduk mencapai 471
jiwa/km2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bondowoso tahun
2008 yang terdiri dari empat komponen yaitu angka harapan hidup, angka
melek huruf orang dewasa, rata-rata sekolah dan paritas daya beli pada
tahun 2008 sebesar 59,54. Meningkat dari tahun 2007 sebesar 59,05.
Kecamatan dengan IPM tertinggi yaitu Kecamatan Bondowoso sebesar 68,58,
dan IPM terendah di Kecamatan Sumberwringin sebesar 53,23.
Sosial Budaya dan Kesehatan
Upaya penyehatan manusia dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas
hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Untuk menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dapat dilakukan dengan cara
menggerakkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, keluarga
yang sadar gizi serta menjadikan seluruh desa menjadi desa siaga.
Selain itu, dalam rangka menuju Bondowoso Sehat tahun 2010, Pemerintah
Kabupaten Bondowoso melalui dinas terkait telah melakukan beberapa
upaya, antara lain revitalisasi RSU, Puskesmas, Polindes, Posyandu dan
pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja masing-masing sarana kesehatan tersebut dalam
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Di Kabupaten Bondowoso
sendiri saat ini telah terdapat sebuah Rumah Sakit Umum dr. H.
Koesnadi dengan tipe B. Juga terdapat sebuah Rumah Sakit Bhayangkara
milik Polri dan Klinik Kusuma Bakti. Puskesmas tersebar di seluruh
kecamatan. Khusus di Kecamatan Bondowoso terdapat tiga Puskesmas.
Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan saat ini sedang digalakkan oleh
Pemerintah Kabupaten Bondowoso, yang dilakukan dengan cara memperluas
dan pemerataan kesempatan masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Ini
dikarenakan masih adanya penduduk yang tidak tamat sekolah, putus
sekolah dan bahkan tidak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten
Bondowoso berupaya agar tingkat pendidikan masyarakat meningkat. Mulai
dari pemenuhan sarana dan parasarana pendidikan formal hingga
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah salah satunya dengan
Pemberantasan Buta Aksara (PBA), dimana Kabupaten Bondowoso telah
dideklarasikan sebagai kabupaten bebas buta aksara oleh Presiden RI
dengan diterimanya penghargaan Anugerah Aksara Tingkat Utama dari
Presiden Republik Indonesia. Fasilitas pendidikan dasar tersebar di
semua kecamatan. Sedangkan untuk pendidikan setingkat SMA sederajat
terdapat di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Untuk
pendidikan tinggi berada di Kecamatan Bondowoso yaitu Universitas
Bondowoso, Sekolah Tinggi Agama Islam At Taqwa dan Program Diploma III
Keperawatan.
Kebudayaan Nasional
Terdapat lima suku/ etnis di Kabupaten Bondowoso. Terbanyak dari suku
Jawa dan Madura dan sebagian kecil suku India. Dua suku lainnya yaitu
Cina dan Arab. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa
Jawa dan Madura. Sedangkan jumlah situs bersejarah yang ada di
Kabupaten Bondowoso berjumlah 12 situs yaitu Dolmen, Punden Berundak,
Menhir, Sarkopagus, Kubur Batu, Batu Kenong, Pelinggih, Stunchambers
(batu ruang), Goa Buto, Ekopak, Abris Saus Roche dan Area Batu.
Keagamaan
Fasilitas peribadatan tersebar di seluruh Kabupaten Bondowoso. Masjid
terbesar di Bondowoso yaitu Masjid Jami’ At Taqwa yang berada di
sebelah barat alun-alun Bondowoso. Khusus untuk gereja Katolik, Pura
dan Vihara terletak di Kecamatan Bondowoso. Di Kabupaten Bondowoso
sebagai salah satu kabupaten tapal kuda tersebar pondok-pondok
pesantren dimana jumlah pondok pesantren dan jumlah santri setiap tahun
selalu bertambah.
Perekonomian
INDUSTRI
Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi industri besar, industri
menengah dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah
industri besar dan menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu
berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan jumlah industri kecil baik formal
dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760 unit. Penyerapan tenaga
kerja meningkat rata-rata 2,26 %. Nilai investasi meningkat rata-rata
5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400.- dengan nilai produksinya sebesar
Rp. 168.896.897.650,- atau naik 6,02 %.
PERDAGANGAN
Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan
signifikan. Ini ditandai dengan meningkatnya penerbitan/ pembaharuan
pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Penerbitan
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) juga meningkat 7,75% dari tahun
sebelumnya sebanyak 5.700 buah untuk SIUP kecil, menengah dan besar.
Sarana perdagangan bagi masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi
oleh toko/ ruko. Pasar induk terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan
Jalan Wadid Hasyim. Sedangkan swalayan di Kabupaten Bondowoso
berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza/ mall. Terdapat
juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan
jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam
hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya.
Pedagang buah-buahan disediakan tempat di Jalan Veteran.
LEMBAGA KEUANGAN
Lembaga keuangan/ perbankan di samping untuk perorangan juga
mempunyai peranan dalam meningkatkan pembangunan daerah. Jumlah bank
baik bank pemerintah maupun swasta di Kabupaten Bondowoso tahun 2008
tetap seperti tahun sebelumnya. Bank pemerintah meliputi BRI, BNI,
Bank Mandiri dan Bank Jatim. Bank swasta nasional meliputi BTPN, Bank
Buana, Bank Danamon Simpan Pinjam dan Bank Bukopin. Untuk bank swasta
asing/campuran yaitu BCA dan Bank Lippo. BRI Unit berjumlah 13 unit
serta Bank Perkreditan Rakyat berjumlah 5 unit yaitu BPR Bintang Mas,
Delta, Manuk Ayu, Manukwari dan Sari Dinar Mas.
Pariwisata
Pariwisata,
seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang berdampak pada
meningkatnya pendapatan daerah. Kunjungan wisatawan baik nusantara
maupun mancanegara diharapkan dapat menggerakkan perekonomian
masyarakat. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang RTRW
Kabupaten Bondowoso, ditetapkan kawasan wisata Kabupaten Bondowoso
yaitu :
1.Kawasan Wisata Terpadu Kawah Ijen di Kecamatan Sempol dan Sumberwringin, dengan obyek wisata : a.Wisata Kawah Ijen, Kawah Telaga Weru dan Kawah Wurung
b.Wisata Air Terjun Blawan dan Gua Stalagtit
c.Wisata Pemandian Air Panas Blawan dan Pemandian Damarwulan
d.Wisata Agro Kopi Kalisat
e.Wisata Air Terjun Puloagung - Sukorejo
1.Kawasan Wisata Terpadu Kawah Ijen di Kecamatan Sempol dan Sumberwringin, dengan obyek wisata : a.Wisata Kawah Ijen, Kawah Telaga Weru dan Kawah Wurung
b.Wisata Air Terjun Blawan dan Gua Stalagtit
c.Wisata Pemandian Air Panas Blawan dan Pemandian Damarwulan
d.Wisata Agro Kopi Kalisat
e.Wisata Air Terjun Puloagung - Sukorejo
2.Kawasan Wisata Terpadu Lereng Argopuro di Kecamatan Pakem, dengan obyek wisata :
a.Wisata Agro Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
b.Wisata Air Terjun Tancak Kembar
c.Wisata Pendakian Pegunungan Hyang (Gunung Argopuro)
Cikasur |
Puncak : Komplek Rengganis |
3.Kawasan Wisata Pemandangan Arak-arak di Kecamatan Wringin;
4.Kawasan Wisata Pendakian Gunung Raung di Kecamatan Sumberwringin;
Puncak G. Raung |
Kawah G. Raung |
5.Kawasan Wisata Panjat Tebing Alam Patirana di Kecamatan Grujugan;
6.Kawasan Wisata Pemanian Tasnan di Kecamatan Grujugan;
7.Kawasan Wisata Sejarah Sarkopage di Kecamatan Grujugan, Maesan, Wringin, Tegalampel, Bondowoso, Wonosari, Tamanan, Jambesari Darussholah, Prajekan, Tlogosari dan Sempol;
8.Kawasan Wisata Rekreasi Alun-alun Bondowoso;
Bendi Wisata di Alun2 Kota |
9.Kawasan Wisata Ziarah Makam Ki Ronggo di Kecamatan Tegalampel;
10.Kawasan Wisata Budaya Pedepokan Gema Buana di Kecamatan Prajekan;
Tari Topeng |
Singo Ulung |
11.Kawasan Wisata Kerajinan Kuningan Cindogo di Kecamatan Tapen;
12.Kawasan Wisata Bendung Sampean Baru di Kecamatan Tapen;
13.Kawasan Wisata Budaya Upacara Adat Desa Blimbing di Kecamatan Klabang;
Tradisi Ojung |
14.Kawasan Wisata Arung Jeram Bosamba di Kecamatan Taman Krocok dan Tapen.
15.kawasan wisata aduan sapi yang ada di kecamatan tapen
Ijen View Resort |
Palm Hotel |
Perhubungan dan Transportasi
Prasarana
transportasi berupa terminal type C yang berada di Jalan Imam Bonjol.
Terdapat pula Stasiun kereta api, namun sudah tidak beroperasi.
Bondowoso juga tidak terdapat jembatan timbang. Sarana transportasi
berupa bus umum yang terdiri dari bus antar kota dalam propinsi dan
luar propinsi. MPU dan angkutan desa melayani trayek antar kota dan
antar kecamatan. Di dalam kota sarana transportasi berupa becak dan
dokar. Khusus untuk dokar beroperasi di pinggiran kota
Infrastruktur Wilayah
Infrastruktur Jalan
Berdasarkan Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten Bondowoso Tahun
2007, sistem prasarana jalan berdasarkan hirarki dan fungsi pelayanan
di Kabupaten Bondowoso terdiri dari jalan kolektor primer, lokal
primer dan lokal sekunder, yaitu : a.Jalan kolektor primer, yaitu
jalan yang menghubungkan antara ibukota Kabupaten Bondowoso dengan
ibukota kabupaten sekitarnya, yaitu : 1)Jalan penghubung Bondowoso –
Situbondo
(Bondowoso-Tenggarang-Wonosari-Tapen-Klabang-Prajekan-Widuri); 2)Jalan
penghubung Bondowoso – Banyuwangi (Bondowoso-Tenggarang
Wonosari-Garduatak-Sukosari-Sempol-Paltuding); 3)Jalan penghubung
Bondowoso – Jember (Bondowoso-Grujugan-Maesan-Suger Lor); 4)Jalan
penghubung Bondowoso – Besuki (Bondowoso-Pal 9-Wringin-Arak-arak)
b.Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara Kota
Bondowoso dengan kota ordo II dan ordo III kabupaten dan ibukota
kabupaten yaitu : 1) Jalan Bondowoso – Tegalampel – Taman Krocok 2)
Jalan Wonosari – Taman Krocok 3) Jalan Widuri – Cermee 4) Jalan Klabang –
Botolinggo 5) Jalan Bondowoso – Curahdami – Binakal 6) Jalan
Tenggarang (Bataan) – Pujer – Tlogosari 7) Jalan Sukosari
(Sumbergading) – Sumberwringin 8) dan jalan-jalan yang menghubungkan
pusatkawasan perkotaan dengan kawasan perdagangan dan jasa, industri,
wisata dan perkantoran. c. Jalan lokal primer dan sekunder yang
potensial sebagai jalan tembus antar kabupaten yaitu : 1) Jalan
Bondowoso (Koncer) – Grujugan Kidul – Tamanan – Sukowono Kabupaten
Jember; 2) Jalan Maesan - Sukowono Kabupaten Jember; 3) Jalan Cermee –
Panji Kabupaten Situbondo; 4) Jalan Klabang – Wonoboyo - Kendit –
Panarukan Kabupaten Situbondo; d. Jalan lokal sekunder yaitu jalan yang
menghubungkan kawasan permukiman baik permukiman perkotaan maupun
perdesaan dengan kawasan perdagangan dan pemerintahan yang ada
simpul-simpul kota di wilayah Kabupaten Bondowoso.
Tahun
2007 total panjang jalan di Kabupaten Bondowoso 1.286,550 km yang
terdapat pada pada 323 ruas jalan, yang terdiri dari jalan aspal
sepanjang 734,417 km (57,08%), jalan makadam 140,530 km (10,92%) dan
jalan tanah sepanjang 411,603 km (32,00%). Untuk jembatan di Kabupaten
Bondowoso berjumlah 267 buah sepanjang 1.958,50 meter.
Makanan khas
Makanan khas Bondowoso adalah tape manis Bondowoso, yang umumnya dikemas dalam bèsèk
(anyaman dari bambu berbentuk kotak). tape ini terbuat dari ketela
pohon , wisatawan mancanegara menyebutnya fermented of cassava, mirip
seperti peyeum tapi rasa tape manis bondowoso lebih khas. banyak
wistawan dari luar bondowoso yang rela datang ke bondowoso hanya untuk
membeli tape manis ini
merk
tape manis yang terkenal antara lain Tape manis 82, tape manis 31,
dll. Toko penjual tape manis Bondowoso pada umumnya terkonsentrasi di
Jalan Jendral Sudirman atau lebih dikenal daerah Pecinan.Jl jendral
sudirman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar